1 1. LATAR
BELAKANG GOLONGAN MATURIDIYAH
Aliran
Maturidiyah lahir di Samarkand pada pertengahan abad IX M. Pendirinya adalah
Abu Mansur Muhammad Ibnu Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi
Maturidiyah
semasa hidupnya dengan Asy’ary, hanya dia hidup di Samarkand sedangkan Asy’ary
hidup di Basrah. Asy’ary adalah pengikut Syafii dan Maturidy pengikut Mazhab
Hanafy. Karena itu kebanyakan pengikut Asy’ary adalah orang-orang Sufiyyah,
sedang pengikut pengikut Maturidy adalah orang-orang Hanafiah.
Berdasarkan
buku Pengantar Teologi Islam, aliran Maturidiyah diambil dari nama pendirinya,
yaitu Abu Mansur Muhammad bin Muhammad.[1] Di samping itu, dalam buku
terjemahan oleh Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib menjelaskan bahwa pendiri
aliran maturidiyah yakni Abu Manshur al-Maturidi, kemudian namanya dijadikan
sebagai nama aliran ini.
Selain
itu, definisi dari aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan
kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan
dalil aqli kalami. Sejalan dengan itu juga, aliran Maturidiyah merupakan aliran
teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidiyah
dalam kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan ajaran teknologi yang
bercorak rasional.
Jika dilihat
dari metode berpikir dari aliran Maturidiyah, aliran ini merupakan aliran yang
memberikan otoritas yang besar kepada akal manusia, tanpa berlebih-lebihan atau
melampaui batas, maksudnya aliran Maturidiyah berpegang pada keputusan akal
pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu bertentangan
dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan syara’.
Berdasarkan
prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran Al-Qur’an yaitu
kewajiban melakukan penalaran akal disertai bantuan nash dalam penafsiran
Al-Qur’an. Dalam menfsirkan Al-Qur’an al-Maturidi membawa ayat-ayat yang
mutasyabih (samar maknanya) pada makna yang muhkam (terang dan jelas
pengertiannya). Ia menta’wilkan yang muhtasyabih berdasarkan pengertian yang
ditunjukkan oleh yang muhkam. Jika seorang mikmin tidak mempunyai kemampuan
untuk menta’wilkannya, maka bersikap menyerah adalah lebih selamat.
Jadi
dalam pena’wilan Al-Qur’an, al-Maturudi sangat berhati-hati walaupun beliau
menjadikan akal suatu kewajiban dalam penafsiran suatu ayat. Penulis setuju
dengan sikap al-Maturudi dalam menafsirkan ayat yang mutasyabih, yakni dengan
mencari pentunjuk dari ayat yang muhkam dan dikombinasikan dengan penalaran
akal pikiran yang apabila seseorang tidak bisa mena’wilkan ayat tersebut, maka
orang itu dianjurkan untuk tidak mena’wilkannya. Maka dari bererapa pengertian
di atas, kami bisa memberikan simpulan bahwa aliran Maturidiyah merupakan
aliran yang namanya diambil dari nama pendirinya yakni al-Maturudi. Aliran ini
menggunakan akal dalam analogi pemikiran atau penafsiran ayat, namun hal itu
bukan menjadi hal yang mutlak karena apabila terdapat keputusan akal yang
bertentangan dengan syara’, maka itu ditolak.
2. TOKOH-TOKOH
ALIRAN MATURIDIYAH
Tokoh-tokoh aliran Maturidiyah yaitu :
1. Abu
Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad Al-Maturidi.
2. Abu
al-yusr Muhammad Al-bazdawi.
3. Al-Bayadi.
3.
POKOK-POKOK ALIRAN MATURIDIYAH
Pokok-pokok aliran Maturidiyah yaitu :
1. Kewajiban
mengetahui Tuhan, akal semata-mata sanggup mengetahui Tuhan, namun ia tidak
sanggup dengan sendirinya hukum-hukum Taklifi (perintah-perintah Allah)
2. Kebaikan
dan keburukan dapat diketahui dengan akal.
3. Hikmah
dan tujuan perbuatan Tuhan.
Perbuatan Tuhan mengandung
kebijaksanaan (hikmah), baik dalam ciptaan-ciptaan-Nya maupun dalam
perintah dan larangan-larangan-Nya, perbuatan manusia bukanlah merupakan
paksaan dari Allah, karena itu tidak bisa di katakan wajib, karena kewajiban
itu mengandung suatu perlawanan dengan iradah-Nya.
1. Mengenai
perbuatan dosa, maturidiyah berpendapat bahwa perbuatan dosa tersebut membawa
kepada kekufuran karena, jika di lakukan terus menerus, bisa-bisa menghabiskan
keimanan seseorang.
2. Manusia
bebas dalam berbuat, tetapi kebebasan itu adalah dalam memilih antara yang di
ridhai tuhan dan yang tidak di ridhaiNya, bukan dalam menentukan perbuatan itu
sendiri.
4. GOLONGAN-GOLONGAN
ALIRAN MATURIDIYAH
Aliran
Maturidiyah terbagi dalam 2 golongan, yaitu:
a. Golongan
Samarkand
Yang
menjadi golongan ini adalah pengikut-pengikut Maturidiyah sendiri. Golongan ini
cenderung kearah paham Mu’tazilah, mengenai sifat-sifat Tuhan. Menurut
Maturidi, Tuhan mempunyai sifat-sifat. Tuhan mengetahui bukan dengan zat-Nya,
melainkan dengan pengetahuan-Nya. Begitu juga Tuhan berkuasa bukan dengan
zat-Nya.
Maturidi menolak
paham-paham Mu’tazilah, antara lain dalam soal:
·
Tidak sepaham mengenai pendapat
Mu’tazilah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk.
·
Al salah wa al Aslah.
·
Paham posisi menengah kaum
Mu’tazilah.
Bagi Maturidiyah Samarkand, iman
tidaklah cukup dengan tashdiq, tetapi harus dengan ma’rifah pula. Tidak akan
ada tashdiq kecuali setelah ada ma’rifah. Jadi, ma’rifah menimbulkan tashdiq.
Iman versi Maturidiyah Samarkand adalah
mengetahui Tuhan dalam ketuhananNya. Ma’rifah adalah mengetahui Tuhan dengan
segala sifatNya dan Tauhid adalah mengetahui Tuhan dalam KeesaanNya. Qadir
adalah mengetahui Tuhan dalam kekuasan-Nya.
Golongan ini tidak mendapat kesulitan
dalam memecahkan persoalan keadilan. Baginya, perbuatan manusia itu dikendaki
oleh manusia sendiri dan dia dihukum atas perbuatan yang dilakukannya atas
dasar kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya. Tuhan hanya membalas perbuatan baik dengan pahala dan membalas
perbuatan jahat dengan siksa.
b. Golongan
Bukhara
Golongan
Bukhara di pimpin oleh Abu al-Yusr Muhammad Al-bazdawi. Yang di maksud golongan
Bukhara adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi di dalam aliran Maturidiyah, yang
mempunyai pendapat lebih dekat kepada pendapat-pendapat Asy’ari.
Namun,
walaupun sebagai aliran Maturidiyah, Al-Bazdawi tidak selamanya sepaham dengan
Maturidiyah. Ajaran-ajaran teologinya banyak di anut oleh sebagian umat Islam
yang bermazhab hanafi.
Golongan
bukhara berkeyakinan bahwa akal tidak dapat mengetahui kewajiban-kewajiban
karena akal hanya mampu mengetahui sebab kewajiban Tuhan
5. DALIL-DALIL
ALIRAN MATURIDIYAH
Dalil
mengenai wujud Tuhan yang dikemukakan oleh aliran ini terbagi 3, yaitu :
a. Dalil
Perlawanan Aradl
Dalil ini
mengatakan bahwa alam ini tidak mungkin qadim, karena padanya terdapat keadaan
yang berlawanan, seperti diam dan bergerak, baik dan buruk dan lain-lain.
b. Dalil
Terbatas dan Tidak Terbatas
Dalil
ini mengatakan bahwa alam ini terbatas. Tiap yang terbatas adalah baru. Jadi alam
ini baru.
c. Dalil
Causalitet, Perobahan dan Perhatian.
Dalil ini
diambil dari Qur’an dan filosof-filosof, karenanya merupakan dalil terkuat,
sesuai dengan syara’ dan filsafat.
Comments
Post a Comment